dzûqû fitnatakum, hâdzalladzî kuntum bihî tasta‘jilûn(Dikatakan kepada mereka,) “Rasakanlah azabmu! Inilah azab yang dahulu kamu minta agar disegerakan.”
âkhidzîna mâ âtâhum rabbuhum, innahum kânû qabla dzâlika muḫsinîn(Di surga) mereka dapat mengambil apa saja yang dianugerahkan Tuhan kepada mereka. Sesungguhnya mereka sebelum itu (di dunia) adalah orang-orang yang berbuat kebaikan.
fa wa rabbis-samâ'i wal-ardli innahû laḫaqqum mitsla mâ annakum tanthiqûnMaka, demi Tuhan langit dan bumi, sesungguhnya (apa yang dijanjikan kepadamu itu) pasti akan nyata seperti (halnya) kamu berucap.
idz dakhalû ‘alaihi fa qâlû salâmâ, qâla salâm, qaumum mungkarûn(Cerita itu bermula) ketika mereka masuk (bertamu) kepadanya, lalu mengucapkan, “Salam.” Ibrahim menjawab, “Salam.” (Mereka) adalah orang-orang yang belum dikenal.
fa râgha ilâ ahlihî fa jâ'a bi‘ijlin samînKemudian, dia (Ibrahim) pergi diam-diam menemui keluarganya, lalu datang (kembali) membawa (daging) anak sapi gemuk (yang dibakar).
fa qarrabahû ilaihim, qâla alâ ta'kulûnDia lalu menghidangkannya kepada mereka, (tetapi mereka tidak mau makan). Ibrahim berkata, “Mengapa kamu tidak makan?”
fa aujasa min-hum khîfah, qâlû lâ takhaf, wa basysyarûhu bighulâmin ‘alîmDia (Ibrahim) menyimpan rasa takut terhadap mereka. Mereka berkata, “Janganlah takut!” Mereka memberi kabar gembira kepadanya dengan (akan kelahiran) seorang anak yang sangat berilmu (Ishaq).
fa aqbalatimra'atuhû fî sharratin fa shakkat waj-hahâ wa qâlat ‘ajûzun ‘aqîmIstrinya datang sambil berteriak (terperanjat) lalu menepuk-nepuk wajahnya sendiri dan berkata, “(Aku ini) seorang perempuan tua yang mandul.”
wa taraknâ fîhâ âyatal lilladzîna yakhâfûnal-‘adzâbal-alîmKami meninggalkan suatu tanda (kebesaran-Nya) di (negeri) itu bagi orang-orang yang takut pada azab yang pedih.
wa fî mûsâ idz arsalnâhu ilâ fir‘auna bisulthânim mubîn(Begitu pula Kami meninggalkan) pada Musa (tanda-tanda kekuasaan Allah) ketika Kami mengutusnya kepada Fir‘aun dengan membawa mukjizat yang nyata.
fa tawallâ biruknihî wa qâla sâḫirun au majnûnKemudian, dia (Fir‘aun) bersama bala tentaranya berpaling dan (Fir‘aun) berkata, “(Dia adalah) seorang penyihir atau orang gila.”
fa akhadznâhu wa junûdahû fa nabadznâhum fil-yammi wa huwa mulîmMaka, Kami menghukumnya beserta bala tentaranya, lalu Kami menenggelamkan mereka ke dalam laut dalam keadaan melakukan perbuatan yang tercela.
wa fî ‘âdin idz arsalnâ ‘alaihimur-rîḫal-‘aqîm(Begitu pula Kami meninggalkan) pada (kaum) ‘Ad (tanda-tanda kekuasaan Allah) ketika Kami mengirim kepada mereka angin yang membinasakan.
mâ tadzaru min syai'in atat ‘alaihi illâ ja‘alat-hu kar-ramîm(Angin) itu tidak meninggalkan apa pun pada semua yang dilandanya, kecuali menjadikannya bagai tulang yang hancur.
wa fî tsamûda idz qîla lahum tamatta‘û ḫattâ ḫîn(Begitu pula Kami meninggalkan) pada (kaum) Samud (tanda-tanda kekuasaan Allah) ketika dikatakan kepada mereka, “Bersenang-senanglah kamu sampai waktu yang ditentukan!”
fa ‘atau ‘an amri rabbihim fa akhadzat-humush-shâ‘iqatu wa hum yandhurûnLalu, mereka bersikap angkuh terhadap perintah Tuhannya. Maka, mereka disambar petir sementara mereka menyaksikan(-nya).
fa firrû ilallâh, innî lakum min-hu nadzîrum mubînMaka, (katakanlah kepada mereka, wahai Nabi Muhammad,) “Bersegeralah kembali (taat) kepada Allah. Sesungguhnya aku adalah seorang pemberi peringatan yang jelas dari-Nya untukmu.
wa lâ taj‘alû ma‘allâhi ilâhan âkhar, innî lakum min-hu nadzîrum mubînJanganlah kamu mengadakan tuhan lain bersama Allah. Sesungguhnya aku adalah seorang pemberi peringatan yang jelas dari Allah untukmu.”
kadzâlika mâ atalladzîna ming qablihim mir rasûlin illâ qâlû sâḫirun au majnûnDemikianlah setiap kali seorang rasul datang kepada orang-orang sebelumnya, mereka pasti mengatakan, “(Dia itu adalah) penyihir atau orang gila.”
a tawâshau bih, bal hum qaumun thâghûnApakah mereka saling menasihati tentang (apa yang dikatakan) itu? (Tidak!) Sebaliknya, mereka adalah kaum yang melampaui batas.
فَتَوَلَّ عَنْهُمْ فَمَآ اَنْتَ بِمَلُوْمٍ ٥٤
fa tawalla ‘an-hum fa mâ anta bimalûmBerpalinglah dari mereka, maka engkau sama sekali bukan orang yang tercela.
mâ urîdu min-hum mir rizqiw wa mâ urîdu ay yuth‘imûnAku tidak menghendaki rezeki sedikit pun dari mereka dan tidak menghendaki agar mereka memberi makan kepada-Ku.
fa inna lilladzîna dhalamû dzanûbam mitsla dzanûbi ash-ḫâbihim fa lâ yasta‘jilûnSesungguhnya orang-orang yang zalim mendapatkan bagian (azab) seperti bagian teman-teman mereka (dahulu). Maka, janganlah mereka meminta kepada-Ku untuk menyegerakan(-nya).